Kamis, 13 Maret 2014

Menawarlah

Tawar-menawar adalah hal yang nggak bisa terpisahkan dari transaksi jual beli. Nggak ada tawar-menawar saat transaksi jual beli, seperti nggak naik wahana saat ke dufan. HAMBAR. Yap, buat gue, melakukan tawar-menawar saat transaksi jual beli adalah hal yang mutlak gue lakuin, kecuali belanja di supermarket. Menawar di supermarket hukumnya adalah haram, karena harga yang dibandrol nominalnya udah mutlak. Sedangkan di tempat lainnya kecuali supermarket, kesempatan untuk belanja dengan harga anjlok masih terbuka lebar.

Kata Bokap gue, “Nawarlah harga seanjlok mungkin dengan memasang tampang se-madesu mungkin.” Ya…, itulah prinsip yang dipegang teguh oleh Bokap gue tiap belanja apapun. Makanya nggak heran, tiap belanja bareng dia, muka gue jadi mirip lansia karena harus memasang tampang madesu. Bokap gue, emang pria unyu yang lihai dalam mempermainkan harga belanjaan seanjlok mungkin. Karena buah tidak jauh jatuh dari pohonnya, sikap Bokap yang lihai dalam mempermainkan harga belanjaan pun tertular kepada gue, anaknya. Tapi, gue sama Bokap itu beda prinsip dalam menawar harga.

Gue punya prinsip yang nggak mengharuskan gue memasang tampang se-madesu mungkin. Prinsip gue, “Menawarlah dengan senyuman dan buatlah permisalan.”

Nih, buat kalian yang mau menawar harga belanjaan, bisa di praktekkin. Asal, sebelum praktek baca bismillah dulu, ya. Ini Contoh dari prinsip gue itu yang bertolak belakang dengan prinsip Bokap >>
“Bang, tempat HP yang kulit ini, berapa?” Tanya gue.
“Rp. 120.000, dek.” Jawab Abang jualan.

Kalo harganya cukup bikin shock, lo harus tetep stay cool dan tersenyum meski rasa galau buat jadi beli berkecamuk di dada. Jangan memasang tampang madesu! Jangan!
“Oh, segitu ya, Bang?” (Senyum 5 jari)

Ingat, tiap ngomong apapun jangan lupa senyum.
“Iya, mau yang mana, Dek?”
“Nanti dulu. Emang nggak bisa kurang, Bang?”
“Bisa kok, jadi Rp. 115.000 deh, tuh.”
“Cuma kurang goceng, mana terasa, Bang? Rp. 80.000 aja, ya Bang?” (Senyum 7 jari)
“Maaf Dek, nggak bisa. Harganya udah segitu.”


Meskipun penjual udah ngomong begitu, lo jangan sampai pantang arah, karena sebenarnya dia ingin tau seberapa tingginya kesungguhan kita dalam membeli barang yang kita incar. Never give up! Teruslah menawar sampai hembusan napas terakhir.

Ini prinsip gue yang sangat mematikan harga, yaitu buatlah permisalan.
“Bang, kurangin dong harganya. Coba Abang bayangin, kalo punya adek yang masih sekolah, yang duit jajannya pas-pasan pengen beli sesuatu dengan duitnya sendiri tanpa minta ke orang tua, tapi ternyata pas beli duitnya kurang. Padahal dia pengen banget beli sesuatu yang dipengennya itu, tapi Cuma karena harga, dia jadi harus nggak jajan lagi buat beli yang dipengennya itu. Gimana perasaan Abang, kalo punya adek kayak gitu?”
“Ya, kasian, sih. Hmm, Rp. 85.000 deh ya, Dek?”
“Mau tetap Rp 80.000 atau berubah jadi Rp 70.000, Bang?”
“Yah, jangan dong. Yudah deh, Rp. 80.000.”

Nah, saat harga yang kita bandrol tercapai, jangan lupa bertanya tentang keikhlasannya supaya nggak ada rasa nggak enak hati dalam diri kita nanti karena menawar dengan harga anjlok.
Fix, ya? Ikhlas nggak nih, Bang?”
“Iya, iya, ikhlas.”
“Makasih, Bang. Semoga adek abang nanti cepet sukses dan abang panjang umur. Sekali lagi, makasih ya, Bang.”
“Iya, iya, amiiin.”

Mengucapkan terima kasih dan mendoakan yang baik-baik ke penjual, juga sangat penting jika kita meraih harga yang kita inginkan. Dengan prinsip gue itu, gue sukses mendapatkan belanjaan yang gue incar dengan harga miring. 
Kalaupun nantinya, lo udah praktekkin prinsip gue ini tapi harga yang lo inginkan belum tercapai, berarti lo harus banyak istighfar dan sabar. Mungkin, itu emang belum rezeki. Atau mungkin juga, senyuman lo belum lebar, makanya nggak tercapai.

Kelihaian gue dalam menawar belanjaan, membuat teman-teman gue memanfaatkan gue sebagai senjatanya saat shopping.
Mereka adalah orang-orang yang memanfaatkan kelihaian menawar gue.


Nama   :  Rizky Kania Novianti
Umur    :  Allah yang menentukan
Status   :  Terjebak di hati Kak Rahman
Hobi     : Menonton majalah
“Berteman sama Nurul itu sangat menguntungkan. Kalo gue belanja bareng dia, dia akan berjuang kekeh buat beli barang dengan harga semurah-murahnya. BELANJA? YA, AJAK NURUL! :D”

Nama   : Novi Lamria
Umur    : Menuju 1 kodi
Status   : Duta Jomblo Jabodetabek
Hobi     : Mewarnai wajah
“Gokil, nggak salah gue ngajak Nurul belanja. Sekalinya nawar, udah nggak inget harga. Harga jadi miring, semiring otaknya :p wkwk. Tapi, nggak nyesel deh, gara-gara Nurul gue bisa dapet tas dan kalung yang super duper unik. Haha THANKS RUL :D”

Nama   : Adiska Rizki Khayyumi
Umur   : Masih polos kok :3
Status  : Korban PHP Aziz Gagap
Hobi    : Menghitung harapan palsu yang datang
“Kalo belanja sama Nurul itu, nggak perlu nunggu diskon, karena Cuma ada 2 kemungkinan yang terjadi. Yang pertama, lo bakal dapet barang bagus dengan harga diskon, dan yang kedua, lo bakal dapet timpukan kalkulator dari abangnya. HAHAHA. Jadi, walaupun nggak dapet barang, minimal lo dapet kalkulator. Kan lumayan, buat dijual xD”


Oke, oke, yang perlu kalian ketahui, gue nggak pernah ditimpuk kalkulator, lho ya. Nggak pernah. Itu hanya fiktif belaka yang timbul dari angan-angan temen gue, yang korban PHP Aziz itu -__-

Intinya, menawarlah sebelum menawar itu dilarang…

1 komentar: